Program MBG, Bangun Ekosistem Rantai Pasok Lokal
Ahmad Mabrori
Logistiknews.id
2025-01-23

LOGISTIKNEWS.ID- Pemerintahan Prabowo-Gibran, telah memulai Program Makan Bergizi Gratis (MBG), pada awal 2025. Program tersebut merupakan inisiatif yang bertujuan untuk menyediakan makanan sehat dan bergizi kepada kelompok yang membutuhkan, dengan fokus pada anak-anak atau kelompok rentan lainnya.
Dari sudut pandang supply chain, program MBG merupakan salah satu program strategis pemerintah, yang telah dilaksanakan serentak di 26 provinsi pada 6 Januari 2025.
Terdapat empat tujuan dari program ini, yakni menyiapkan sumber daya yang unggul, menurunkan angka stunting, menurunkan angka kemiskinan dan menggerakkan ekonomi masyarakat agar cita-cita Indonesia Emas 2045 tercapai.
Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) berpandangan, perlunya konsep rantai pasok yang andal dalam pengelolaan program MBG, mulai dari pengadaan bahan baku, pengemasan, distribusi dan sampai ke meja siswa dengan baik dan tepat waktu serta memperhatikan standar keamanan pangan, termasuk kehalalannya.
“Pendekatan near-sourcing adalah pemindahan aktivitas sourcing lebih dekat ke tempat produksi. Pendekatan ini dilakukan agar biaya rantai pasok di program MBG bisa diminimalisir,” ujar Ketua Umum ALI, Mahendra Riyanto, saat memaparkan Outlook Rantai Pasok dan Logistik Indonesia 2025, yang dilaksanakan oleh ALI, di Jakarta pada Kamis (23/1/2025).
Mahendra menjabarkan, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dalam kaitan program MBG diharapkan dapat membeli bahan kebutuhan makanan pada pedagang-pedagang setempat, seperti buah, sayur, telur, susu, daging, ikan beras dll.
“Sebisa mungkin memanfaatkan komoditas lokal yang dihasilkan di wilayah masing-masing,” ucapnya.
Mahendra menambahkan, near-sourcing juga dapat mengurangi risiko. Misalnya, gangguan pasokan yang sulit diprediksi. Dengan supplier dan tempat produksi yang lebih dekat dengan penerima produk atau layanan akhir yaitu penerima makan bergizi gratis, maka pengiriman lebih kecil kemungkinannya untuk tertunda dan kerusakan pada makanan akan dihindari karena lebih cepat untuk di distribusikan.
“Dengan besarnya anggaran yang dialokasikan, perekonomian masyarakat daerah diharapkan dapat terangkat apabila dapur-dapur masyarakat diserahkan kepada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) atau dikelola oleh koperasi-koperasi tempat dilaksanakannya MBG,” tutur Mahendra.
Storage & Fasilitas Cold Chain
Pegiat bisnis fast food yang juga menjabat Wakil Ketua Umum ALI bidang Hubungan Internasional, Adithya Sari mengatakan, seiring dengan kebutuhan dan lebih luas jangkawan penerima makan bergizi gratis, kemungkinan SPPG disetiap daerah akan membutuhkan fasilitas cold storage untuk menyimpan persediaan bahan baku.
“Dengan penanganan persediaan dan penyimpanan yang baik maka siklus makan bergizi gratis bisa lebih efisien dan tentu standar keamanan pangan akan terjaga,” ujarnya.
Selain pengawasan terhadap angka gizi perlu juga pengawasan dari sisi rantai pasok, termasuk standar prosedurnya yang dimulai dari produksi, jam pengiriman, keamanan pangan serta food waste management.
Adithya mengusulkan, Pemerintah perlu membuat standard operasional prosedur (SOP) untuk penanganan food waste dari program MBG.
Sebab, ungkapnya, apabila ditangani dengan tepat, food waste ini akan memiliki potensi ekonomi seperti pemanfaatan untuk pupuk atau pakan ternak yang bisa dimanfaatkan oleh ekonomi lokal. Sehingga, meminimalisir sampah yang memang harus dibuang ke tempat pengelolaan sampah berikutnya.
Ekosistem Lokal
Program MBG juga diharapkan mampu membangun kemandirian pangan dengan mengoptimalkan potensi sumber daya dan keuangan ekonomi lokal.
“Mulai dari bahan baku yang didapat dari supplier lokal, petugas produksi/juru masak dari masyarakat setempat, proses distribusi yang dilakukan hingga reverse logistics yang juga memanfaatkan potensi lokal daerah,” ujar Adithya.
Tidak kalah pentingnya, kata dia, dalam program MBG ini perlu adanya damage control unit yang bertugas melakukan proses evaluasi, perencanaan, perbaikannya, kemudian pelaksanaan perbaikannya kembali sampai mengevaluasinya.
Pada akhirnya, harap Adithya, program MBG selain dapat memberikan manfaat kepada penerima makan bergizi gratis, juga bisa memanfaatkan seluruh jaringan rantai pasok lokal dari hulu ke hilir.
“Sehingga tercipta pertumbuhan ekonomi daerah yang berdampak terhadap ekonomi secara nasional,” ucap Adithya.[am]