Tantangan Berat Sektor Logistik 2019
Tanggal terbit : 2019-03-23
SEKTOR LOGISTIK berpotensi mengalami perlambatan
tahun 2019 ini. Penyebabnya adalah semakin mahalnya ongkos biaya logistik di
Tanah Air. Subsektor logistik dengan transportasi udara adalah yang paling
berat kondisinya. Hal itu setelah maskapai udara beramai-ramai menaikkan tarif
kargo. Kenaikan tarif mencapai 19 persen hingga 325 persen. Bila dirata-rata
besarnya mencapai 60 persen hingga 112 persen.
Sementara dii subsektor logistik laut belum
menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Kebijakan tol laut yang diharapkan menekan
bea logistik ternyata berbeda dengan realitanya. Penyebabnya karena layanan
pelabuhan di Indonesia yang tidak efisien. Pengiriman logistik antar-pulau
masih menggunakan pelayaran langsung kapal-kapal kecil serta masih lambannya
dwelling time. Hilirisasi produk di kawasan Indonesia Timur mendesak untuk
direalisasikan.
Meski begitu, ada peluang di logistik darat
menyusul selesainya sejumlah proyek infrastruktur jalan tol. Trans Jawa telah
tuntas dan menghubungkan ujung barat Jawa ke ujung timur Jawa tanpa putus.
Perjalanan darat bisa tiga kali lipat lebih cepat.
Sayangnya, bea tol belum cukup berpihak kepada
pelaku usaha logistik. Tarif tol angkutan barang lebih mahal membuat sopir truk
kembali ke jalur konvensional Pantura (Pantai Utara Jawa). Artinya,
infrastruktur yang dibangun terlampau terpaku pada pergerakan orang
dibandingkan barang. Semakin mahalnya bea kargo pesawat mempertegas kondisi
tersebut.
Maskapai penerbangan seharusnya tidak egois
menaikkan tarif tinggi secara sepihak. Apalagi mereka belum mampu meningkatkan
layanan secara signifikan. Kenaikan tarif kargo angkutan udaha itu pada
akhirnya berpotensi meningkatkan biaya bagi pelaku usaha e-commerce yang
sebagian besar adalah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Karenanya, Pemerintah dituntut untuk mempercepat
pembenahan infrastruktur logistik dan transportasi. Terhambatnya transportasi
logistik akan berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi. Mahalnya biaya
logistik juga akan membuat investor enggan masuk ke Indonesia. Saat ini, biaya
logistik Indonesia mencapai 24 persen dari PDB. Padahal jika ingin bersaing,
idealnya nilai itu berada di angka 15 persen dari PDB.
Majalah dapat di download melalui link dibawah ini: